Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Rumah yang Ku Mau

Surabaya ku begitu merdu Tetapi Jakarta yang tetap ku mau Dua bulan sudah aku berada di Surabaya. Masih ku coba untuk berdamai dengannya. Sudah mulai terbiasa, tapi terkadang ku rindu rumah dengan suasananya. Hari-hariku berjalan seperti biasa. Tak ada yang menarik, hanya mentari yang terlalu terik. Kuliahku biasa. Ospeknya yang luar biasa. Bagai tiada hari libur dan waktu untuk menghibur. Aku mulai jenuh, kepalaku terasa sangat penuh. Ingin berteriak karena rasanya akan meledak. Mencoba meredam, tapi tak bisa diam. Aku gerah.Akan hal sekecil apapun membuat muka ku memerah. Makanan yang tak cocok dilidah. Harga yang membuat ku pasrah. Atau logat bahasa ku yang dianggap sedang marah-marah. Semuanya serba salah. Titik marah ini membuatku resah dan selalu rindu rumah. Aku ingin pulang dan berhenti berjuang. Tapi setelah semuanya ini begitu sayang. Keluarga ku sudah berkorban, aku hanya harus bertahan. Karena untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Banyak tangis ya

Rasa yang Pemaksa

Diujung sunyi yang ku tapaki Dengan senja yang bersepi Meneriaki nurani yang sedang gelisah Memeluk dan mencumbu resah Sadar akan rasa yang meletup-letup Memaksa masuk ke ruang yang telah tertutup Merangsek dan membangun rasa yang dulu ku kutuk Tanpa permisi, tanpa mengetuk Cintamu mengakar Menyeruak tanpa ampun mengejar-ngejar Luruh segala nestapa yang mengangkasa Menyisakan cinta yang mulai membara Tapi untuk sampai di titik ini bukanlah perkara mudah Untuk bertemu kamu aku harus berdarah-darah Berlari dan berpindah-pindah Melewati luka dan sakit yang parah Ini bukan rayuan sendu bernada pilu Bukan pula surat ataupun pesan singkat Hanya aksara yang terajut berselimut sajak Dengan rasa yang menyentak-nyentak  Surabaya, 08 September 2017

SIAPA

Tak ada yang lebih menjengkelkan dibanding kamu Lelaki bermulut nyinyir yang sukanya menyindir dan tak tau diuntung Setelah semua cinta yang aku beri dan kamu malah bersombong diri Tak tau malu Atas semua yang telah terjadi aku pantas bersyukur diri Terlepas dari kamu sang pembual Bersama teman mu yang tak pernah bisa diam Aku rasa sesal pernah bersama kian membesar Aku tak berniat mencari masalah tapi aku rasa diam juga salah Aku tak stress tak pula gila karena ditinggal kamu Kamu bukan apa-apa dihidupku Hanya yang pernah singgah dan tak akan kuijinkan lagi tetap tinggal Mulutmu besar. Omongan mu suka tak benar. Sering berlagak dengan drama yang tak pernah selesai Kamu pikir dengan tiadanya kamu aku menyesal? HA! Pergi sana ke pantai dan mengubur diri jangan balik lagi! Kamu itu siapa? Kamu bukan apa-apa. Kamu bukan apa-apa.

Free?

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Baru kali ini pembuka post-an gue pake salam, semoga kedepannya makin berkah wkwk. Udah lama gue ga ngepost. Biasanya gue ngepost tentang suasana hati gue, dan berdasarkan dengan pengalaman hidup yang baru aja gue alamin. Gue abis putus cinta. Udah gitu aja. Gak deng wkwkwk Iya gue abis putus cinta, patah hati, dan kawan-kawannya. Ini udah kesekian kalinya hati gue patah. But im so proud with my heart. Because it still works (Berasa iklan yang bikin perut kotak-kotak) . Ya emang patah hati gue begitu sadis dan perih (Yaiyalah mana ada patah hati yang enak) . Tapi gue bersyukur dengan patah hati yang kesekian kalinya ini begitu menyadarkan gue, bahwa harapan kepada manusia itu sia-sia. Gue terlalu banyak naro harapan pada si dia sehingga Allah matahin hati gue biar gue sadar bahwa gue udah mengabaikan-Nya. Bahasa gue sok ustadzah banget btw. Ok skip. Banyak banget harapan dan impian gue bareng si dia ya

Ilusi

Sosok dari masa lampau begitu membuatku gila Batinku bergejolak antara menentang dan menerima Aku ingin memeluknya hingga hancur tulang iga Namun aku juga ingin memakinya dengan segala kenangan yang membusuk namun tak lekas sirna Sosok itu begitu mempesona Hingga aku bertekuk lutut dalam keindahan matanya Akupun lupa dengan kenyataan yang ada Dan perih itupun kembali menerpa Sosok itu tak kunjung reda dalam gelombang kerinduan Hanya dia yang membuat diri ini lupa tujuan Bagaikan hujan yang menghujam pualam Menempa rasa yang tak kunjung padam Karena dirimu bagaikan ilusi lautan Hingga aku lupa pulang ke daratan Laksana bintang memadu rembulan Sepanjang malam dan tak kunjung padam

Pada Saya

Saya pernah mencintai kamu Seperti lembayung senja diufuk barat Indah, memukau, sangat hebat Namun senja tak selama saya mencintai kamu Saya pernah merindukan kamu Di setiap nanodetik yang terus berdent ing Disetiap molekul udara yang mengisi ruang Disetiap spectrum cahaya yang menembus kebutaan. Namun didalam naungan hujan saya tersadar Air jatuh bertalu-talu, saya tertampar Tersungkur lalu terdampar Saya hilang arah, hingga ter sasar Hujan berhenti, petrichor menguar Seolah alam memberi jalan keluar Tersadar akan objek semu yang tak pernah tau Dulu saya mencintai kamu.