Rumah yang Ku Mau
Surabaya ku begitu merdu
Tetapi Jakarta yang tetap ku mau
Dua bulan sudah aku berada di Surabaya. Masih ku coba untuk
berdamai dengannya. Sudah mulai terbiasa, tapi terkadang ku rindu rumah dengan
suasananya. Hari-hariku berjalan seperti biasa. Tak ada yang menarik, hanya
mentari yang terlalu terik.
Kuliahku biasa. Ospeknya yang luar biasa. Bagai tiada hari
libur dan waktu untuk menghibur. Aku mulai jenuh, kepalaku terasa sangat penuh.
Ingin berteriak karena rasanya akan meledak. Mencoba meredam, tapi tak bisa
diam.
Aku gerah.Akan hal sekecil apapun membuat muka ku memerah. Makanan
yang tak cocok dilidah. Harga yang membuat ku pasrah. Atau logat bahasa ku yang
dianggap sedang marah-marah. Semuanya serba salah.
Titik marah ini membuatku resah dan selalu rindu rumah. Aku ingin
pulang dan berhenti berjuang. Tapi setelah semuanya ini begitu sayang. Keluarga
ku sudah berkorban, aku hanya harus bertahan.
Karena untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Banyak tangis
yang mendarah. Jatuh berkali-kali sakitnya bagai di tabrak lari. Tak ada yang
mau menanggung selain diri sendiri.
Ini memang bukan passion ku. Bukan bakat ku. Dan bukan minat
ku. Ini memang pilihan terakhirku, tempat pengakhiran karena lelah mencari
bangku perkuliahan. Tapi rasanya begitu sayang jika ini di buang.
Kemarin malam aku menelfon ibu. Dengan tangis pilu ku
ceritakan kisah senduku. Hari-hariku yang kelabu. Semangat ku yang diam
membisu. Ibu aku rindu, kataku.
Ibu ku hanya tertawa. Meledek aku yang dulu ngotot ingin
jauh darinya. Aku jadi ikut tertawa. Konyol jika diingat bahwa aku lah yang
ingin pindah ke luar kota. Namun aku juga yang merengek manja.
Ibu mengingatkanku akan taruhan kami. Ia bilang bahwa aku
akan rindu omelannya serta merengek bagai anak mami. Dulu aku dengan sok nya
bilang tidak akan terjadi. Namun aku salah, dan aku mengaku kalah.
Aku rindu. Amat rindu. Rasa ini seakan membunuhku. Meruntuhkan
pertahananku. Membuatku tersungkur hebat dan merasa malu. Akan segala
kepongahan ku dan sok hebat nya aku. Merantau di kota orang yang sangat berbeda
dengan Jakarta ku.
Komentar
Posting Komentar