Singkat Saja
Semakin besar, aku semakin sadar. Bahwa sejatinya tidak ada yang menetap. Orang-orang datang hanya untuk kemudian hilang. Sejuta janji terucap pun tak akan menjadi pengikat bukti. Seberapa lama pun aku mengenal, tak akan bisa dipastikan tinggal. Rasanya menyedihkan menyaksikan bagaimana satu persatu orang yang penting pergi dengan kenangan yang di jinjing. Betapa menyesakkan melihat orang-orang yang berharga melipir tak menyapa. Mereka yang dulu selalu ada, sekarang berbagi kabar pun tak bisa.
Dulu, berbincang tak perlu pakai alasan. Cukup mengirim pesan, walau isinya sama sekali tak berkesan. Lalu bisa berbincang sampai tengah malam walau hanya sekedar chattingan. Saling mengolok, tapi tak ada yang tertohok. Dulu merasa dekat sesederhana itu.
Sekarang, sekedar menanyakan kabar pun sungkan. Rasanya menjengkelkan. Melihat bagaimana pesan ku diabaikan. Pesan yang menanti jawaban, tapi di baca pun enggan. Yang lebih menjengkelkan, yang melakukan adalah mereka yang dulu tak pernah ku tunggu-tunggu hanya untuk mengirim pesan. Karena dulu aku yakin, akan selalu ada balasan.
Dulu, berbincang tak perlu pakai alasan. Cukup mengirim pesan, walau isinya sama sekali tak berkesan. Lalu bisa berbincang sampai tengah malam walau hanya sekedar chattingan. Saling mengolok, tapi tak ada yang tertohok. Dulu merasa dekat sesederhana itu.
Sekarang, sekedar menanyakan kabar pun sungkan. Rasanya menjengkelkan. Melihat bagaimana pesan ku diabaikan. Pesan yang menanti jawaban, tapi di baca pun enggan. Yang lebih menjengkelkan, yang melakukan adalah mereka yang dulu tak pernah ku tunggu-tunggu hanya untuk mengirim pesan. Karena dulu aku yakin, akan selalu ada balasan.
Komentar
Posting Komentar