Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Tanya yang Tak Mungkin Terjawab

Halo apa kabar? Akhir-akhir ini jakarta mendung Tak jarang hujan datang bergelung Bagaimana di Surabaya? Apa kamu masih suka mengeluh karena panasnya? Kamu apa kabar? Jakarta sepertinya sedang sendu Selimut tebal membungkus pun tak hangat kan aku. Bagaimana di Surabaya? Apa kamu masih suka tidur tanpa mengenakan baju? Kamu apa kabar? Di Jakarta aku tak kemana-mana Hanya bergelut dengan kasur karena malasnya Bagaimana di Surabaya? Apa kamu masih diluar karena keasikan kerja? Kamu apa kabar? Minggu ini aku kembali ke Surabaya Bagaimana? Apa kamu ingin jumpa? Jakarta, 28 Juni 2018 01.14 am, ditengah asyiknya piala dunia.

Kilas Balik 1

"Kita terakhir telfon kapan sih" Notifikasi pesan muncul di layar handphone ku. Tercantum nama Ezra disitu. "Gatau, aku juga lupa. Udah lama kayaknya" jawabku, sedikit berbohong. Sebenarnya aku ingat. Saat itu 10 april, pukul 12.08 pagi. Dengan durasi 45 detik yang sangat melegakan. Dimana setelah Ezra hilang seharian, tidak ada balasan dari banyak nya pesan yang ku kirimkan, lalu tiba-tiba Ezra menelfon dan bilang "Lho kamu belum tidur? Maaf ya bikin khawatir, hp ku mati seharian. Aku baru selesai kerja. Ini baru di charge." Kurang lebih seperti itu. Dengan suara yang sangat aku sukai, aku akhirnya bernapas lega. Ezra tidak apa-apa. Setelah itu, tidak ada lagi telfon-telfon yang datang dari Ezra. Padahal aku begitu menyukai suaranya. Biasanya, aku dan Ezra bisa berbincang ria via telfon selama berjam-jam hingga subuh menjelang. Namun setelahnya hanya ada pesan singkat yang tertera. Terkadang diselingi beberapa voice notes yang selalu aku keep di a

Semoga Hilang

Malam ini aku sendu. Maaf lagi-lagi menulis tentang mu. Buku yang ku baca nyatanya tidak bisa mengalihkan aku. Pada akhirnya, kembali ku tuang cerita untuk menghapus rindu. Sebelumnya aku sudah memantapkan diri untuk mengabaikan semua. Mulanya bisa, dan beranjak biasa. Tapi malam ini entah mengapa sendu itu datang menyapa. Lalu segenap hal tentang kamu menyerang tanpa aba-aba. Lantas aku harus bagaimana? Segala yang bisa ku lakukan hanyalah menulis. Menuangkan resah dengan kata tanpa menangis. Karena semua rindu ini tak mungkin bisa ku sesap sendiri sampai habis. Sebentar saja, biarkan aku berlagak seperti seorang puitis. Kamu tak perlu risau. Aku tuangkan rindu bukan untuk menjadikan kamu sebagai tamu. Kamu tak perlu datang, aku tak mengundang. Aku hanya perlu melepas sendu agar ia tak menetap. Hingga sendirinya lara itu akan senyap.

Singkat Saja

Semakin besar, aku semakin sadar. Bahwa sejatinya tidak ada yang menetap. Orang-orang datang hanya untuk kemudian hilang. Sejuta janji terucap pun tak akan menjadi pengikat bukti. Seberapa lama pun aku mengenal, tak akan bisa dipastikan tinggal. Rasanya menyedihkan menyaksikan bagaimana satu persatu orang yang penting pergi dengan kenangan yang di jinjing. Betapa menyesakkan melihat orang-orang yang berharga melipir tak menyapa. Mereka yang dulu selalu ada, sekarang berbagi kabar pun tak bisa. Dulu, berbincang tak perlu pakai alasan. Cukup mengirim pesan, walau isinya sama sekali tak berkesan. Lalu bisa berbincang sampai tengah malam walau hanya sekedar chattingan. Saling mengolok, tapi tak ada yang tertohok. Dulu merasa dekat sesederhana itu. Sekarang, sekedar menanyakan kabar pun sungkan. Rasanya menjengkelkan. Melihat bagaimana pesan ku diabaikan. Pesan yang menanti jawaban, tapi di baca pun enggan. Yang lebih menjengkelkan, yang melakukan adalah mereka yang dulu tak pernah ku t